Di masa-masa sulit seperti ini seiring meningkatnya harga-harga barang, kelangkaan BBM, terbatasnya lapangan kerja, minimnya penghasilan masyarakat, bertambahnya konflik-konflik sosial dan tindak kriminalitas benar-benar telah menimbulkan banyak kekacauan dimana-mana. Hampir setiap hari di media massa rutin diberitakan terjadinya unjuk rasa, pertikaian politik, tawuran, penggusuran, aksi anarkisme berkedok agama, hingga keributan yang sering terjadi saat mengantri sembako, BLT (Bantuan langsung Tunai), bahkan saat pembagian zakat yang memakan korban baru-baru ini setidaknya telah memberikan gambaran bahwa masyarakat sudah tidak bisa bersikap sabar lagi dengan berbagai macam penderitaan yang mereka alami.
Bulan puasa yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melatih sikap sabar (tahan uji) dan mengendalikan hawa nafsu ternyata hanya menjadi kegiatan ritual untuk menahan lapar dan haus belaka. Padahal poin penting yang dituntut dalam ibadah puasa ini selain menahan lapar dan haus juga kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakan kita. Tidak ada gunanya orang yang berpuasa jika ia mudah mencaci-maki, suka berdusta, menipu, bersikap kasar, menganiaya orang lain, bahkan memprovokasi atau menghasut agar terjadi konflik. Hal yang lebih ironis lagi jika itu dilakukan oleh sekelompok orang yang suka mengatasnamakan agama dalam melakukan aksi brutalnya seperti FPI yang rajin merazia tempat hiburan malam, miras, perjudian, bahkan sering terlibat tawuran dengan kelompok-kelompok lain yang dianggap berseberangan.
"Hormatilah orang-orang yang berpuasa….!!!" Begitulah slogan yang sering dilontarkan para alim ulama, tidak terkecuali kelompok-kelompok garis keras yang ngakunya Islam macam FPI sehingga menjadi dasar bagi mereka untuk menghajar siapapun yang dianggap menodai kesucian bulan puasa. Sikap kasar mereka seperti itu justru merusak citra Islam sebagai agama yang membawa nilai-nilai perdamaian dan akhlaqul karimah (moral prilaku yang mulia/santun), apalagi jika itu justru dilakukan di bulan puasa yang begitu mulia seperti saat ini. Jika memang berniat memuliakan agama, seharusnya mereka memberikan contoh sikap-sikap santun seorang muslim yaitu : berkata yang baik, toleran, ramah, dan bersikap bijak (tidak asal menuduh). Meski FPI dalam setiap aksinya selalu membawa atribut atau simbol-simbol Islam, tapi dalam kenyataannya sikap anarkis mereka tersebut telah membawa mereka keluar jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri.
Seandainya sikap sabar itu dipraktikkan dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar menjadi pemanis dalam khotbah dan ceramah-ceramah agama maka jelas lambat laun akan memancing simpati masyarakat luas di negara multikultur seperti Indonesia ini. Bukankah dahulu Nabi Muhammad telah mencontohkan ketika ia berdakwah dan mendapatkan hinaan dan penganiayaan dari kaum yang menentangnya di Mekah, beliau tidak membalasnya dengan reaksi keras malahan justru mendoakan kaum tersebut agar mendapat hidayah dan rahmat dari Allah. Kesabaran nabi Muhammad dalam berdakwah justru mampu merebut simpati dan kepercayaan para penentangnya, sehingga tidak heran jika Kota Mekah kemudian berhasil dikuasai dengan damai, tanpa kekerasan, dan tanpa makian karena mereka meski menentang Nabi Muhammad tetap sangat menghormati kebesaran jiwa utusan Allah tersebut. Nabi Muhammad tidak pernah dendam pada penduduk Mekah meski sebelumnya ia pernah diusir dari Kota Kelahirannya itu, padahal saat penaklukan Mekah tersebut beliau membawa ribuan tentara tapi tak ada satupun pedang yang terhunus ataupun tindakan provokatif yang dilakukan saat mereka memasuki Mekah.
Kesabaran janganlah diartikan sebagai sikap lemah, rendah diri, dan ketidakberdayaan, tapi jadikan kesabaran sebagai wujud keteguhan jiwa dalam mencapai suatu tujuan. Sikap sabar menunjukkan kematangan seseorang dalam bertindak, konsisten, tahan uji, tidak mudah dihasut/diprovokasi, serta menunjukkan kualitas keimanan seseorang. Percayalah jika kita selalu bersabar dalam menjalani kehidupan kita dengan konsisten, sungguh-sungguh, dan selalu berpikir positif (tidak berprasangka buruk), maka yakinlah bahwa pertolongan dan kemenangan akan segera tiba. Bukankah kesabaran seorang Nelson Mandela dan para pengikutnya untuk meruntuhkan rezim aparteheid Afrika Selatan dengan cara-cara damai dan bijak telah berbuah manis sehingga menimbulkan simpati dan dukungan dari seluruh masyarakat internasional untuk menghentikan penindasan kaum apartheid yang telah berlangsung puluhan tahun tersebut…? Itu adalah sebagian contoh bahwa kesabaran merupakan jalan yang terbaik untuk meraih kemenangan. Dan saat ini seluruh umat muslim sedunia yang sedang berpuasa sedang menunggu datangnya hari kemenangan yang mereka tunggu-tunggu selama ini setelah sebulan penuh bersabar menahan lapar, haus, dan mengendalikan hawa nafsu yaitu Hari raya Idul Fitri. Mari kita rayakan hari kemenangan tersebut dengan memperbanyak silaturrahim kepada para tetangga, sanak-famili, dan rekan-rekan kita.
SELAMAT HARI RAYA IDULFITRI 1429 HIJRIAH, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN…
"TAQOBBALALLOHU MINNA WA MINKUM"