Minggu, 04 Mei 2008

Mengukir Sejarah di Pangkalan Bun


Seperti topik kita saat ini seperti judul diatas saya akan sedikit memperkenalkan misi tim kami bulan lalu terkait pengerjaan RTBL (Rencana Tata Bangunan & Lingkungan) pada kawasan bersejarah Istana Kuning dengan tema "Urban Heritage" di Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Keraton Istana Kuning yang berdiri megah di sekitar pusat kota Pangkalan Bun merupakan bangunan bersejarah penting peninggalan Kesultanan Kutaringin.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota ini untuk merencanakan RTBL Kawasan Istana Kuning beserta beberapa rekan anggota tim lainnya, saya sedikit terkesan oleh kebersihan kota ini dan kontur kotanya yang berbukit-bukit (sedikit mengingatkan saya akan keindahan kota Batu Jawa Timur). Apalagi ternyata kota ini memiliki penduduk yang heterogen layaknya kota-kota besar di Indonesia mengingat kota ini memiliki daya tarik ekonomi yang kuat di Kalimantan Tengah dengan keberadaan Pelabuhan Kumai yang merupakan pintu gerbang utama perekonomian Kalteng. Hal yang juga mengejutkan saya adalah asal-usul pendiri Kesultanan Kutaringin ini juga memiliki hubungan darah dengan petinggi Kerajaan Demak, jadi tidaklah heran kalo arsitektur bangunan kesultanannya merupakan perpaduan budaya lokal, melayu, dan jawa.
Jadi kedatangan kami ini sebenarnya membawa misi yang penting untuk mencoba merekonstruksi kembali bangunan historis setempat berdasar data-data hasil penelusuran sejarah yang kami peroleh dari berbagai sumber.

Keraton yang terletak di desa Raja, Kecamatan Arut Selatan ini dinamai Keraton Lawang Agung Bukit Indera Kencana. Selain memiliki arsitektur yang indah, juga bersifat terbuka tanpa dilindungi Benteng seperti keraton di Jawa. Dari observasi yang dilakukan keraton ini terletak di atas bukit dan menghadap ke Sungai. Kemegahannya tercipta dari hirarkhi ruang yang mulai dari permukaan air, tebing sungai, jalan dan halaman yang menjadi alun-alun keraton. Dari posisinya yang berada tepat diatas bukit, keraton yang sekarang sedang dipugar ini, memiliki geomancy yang bagus. Kemudian diseberang sungai, berhadapan dengan keraton adalah Kawasan Pecinan. Pecinan ini muncul pada waktu orang-orang Tionghoa berniat untuk bermukim di Pangkalan Bu’un beberapa abad silam. Oleh sultan mereka diberi tempat di seberang sungai sehingga secara politis terpisah dengan keraton. Ini menunjukkan bahwa Pangeran Ratu Imannudin seorang perencana kota yang baik dimana setiap perletakan ruang selalu diperhitungkan dampak sosial politisnya.
Pangkalan Bun menurut sejarah berdirinya merupakan salah satu kota bersejarah yang paling tua di Propinsi Kalimantan Tengah serta mempunyai potensi dan nilai historis dalam pengembangan wisata budaya dan sejarah. Pengembangan secara umum di perlukan diantaranya pengembangan fisik kawasan tersebut, juga perlu pengembangan fasilitas penunjang, serta aksesibilitas yang baik. Penataan fisik bangunan, penataan zonasi, penataan landscape, penentuan batas koridor serta pelaksanaan prinsip – prinsip konservasi dan pengembangan wisata terbatas untuk kawasan konservasi merupakan hal yang mutlak untuk dipertimbangkan.
Kesimpulannya berbicara tentang kota dalam pembahasan yang luas tidak akan terlepas dari perspektif sejarah pembentukan suatu kota. Pembahasan dalam konteks historis (sejarah) tidak hanya bermakna pada nilai-nilai arkeologis tetapi juga dalam konteks peri-kehidupan masyarakat dalam arti luas (sosial budaya maupun ekonomi). Per
kembangan kota sebagai konsekwensi adanya perubahan sosial budaya masyarakat yang sangat menentukan perubahan wujud fisik kota. Dalam hal ini perkembangan kota yang termanifestasi dalam bentukan fisik kota dapat berkembang dengan baik dengan menonjolkan karakter yang memiliki harmonisasi, dan pada sisi lain perkembangan kota tidak tertata dengan baik sehingga melenceng jauh dari prinsip harmonisasi bentukan fisk kota yang ada.




Tidak ada komentar: