Pada dasarnya setiap orang di muka bumi ini oleh Tuhan kita (Allah) telah dianugerahi beberapa kelebihan yang terkadang berbeda satu sama lain. Setiap orang terlepas dari latar-belakang pendidikan yang dimilikinya memiliki beberapa keunggulan tertentu meski seringkali tidak disadari akibat jeratan sistem yang membelengu pikiran mereka untuk mengaktualisasikan ide-ide dan bakatnya masing-masing. Sistem sosial masyarakat khususnya yang terjadi di sekitar kita seringkali berlaku tidak adil terhadap bakat baru, kreasi baru, dan ide-ide baru meskipun itu sebenarnya bermanfaat dan bernilai positif. Kenyataan yang terjadi banyak orang-orang berbakat di sekitar kita yang tidak didukung, dianggap orang yang aneh bahkan malah disepelekan. Mereka ibarat mutiara-mutiara yang kehilangan kemilaunya akibat terpendam dalam lumpur pesimisme dan prasangka negatif masyarakat.
Pada dasarnya memang tidak semua orang ditakdirkan memiliki bakat-bakat yang hebat dan kejeniusan yang lumayan tinggi, tetapi orang-orang berbakat dan jenius seperti itu bisa datang darimana saja bahkan dari sumber yang tak terduga misalnya dari orang-orang yang hidup di kolong jembatan, dari suku-suku terpencil di pegunungan, dari kamp pengungsian, bahkan dari barak militer. Saat ini pola pikir dan cara kita memandang orang-orang seperti itu harus diubah. Berikan mereka dukungan dan motivasi agar mereka bisa bangkit mengekspresikan ide-ide dan kreasi positif yang mereka miliki. Satu hal lagi yang terpenting dari semua itu….. Berikan Mereka Kesempatan.....!!!
Saat ini kita memasuki era yang kompetitif dan selalu bergerak dinamis dimana artinya setiap orang berhak untuk memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk menunjukkan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Tapi kenyataan di sekitar kita upaya kompetisi yang mengutamakan kualitas tersebut sering dibungkam oleh politik kepentingan terutama di struktur birokrasi kita. Setidaknya hal ini pernah dialami oleh seorang pengusaha di bidang konsultan perencanaan dan konstruksi (sebut saja Mr. D), kenalan tim konsultan kami di Pangkalan Bun. Mr. D ini adalah satu dari sekian entrepreneur muda asli Pangkalan Bun yang bekerja maksimal untuk menghasilkan yang terbaik, dan harapannya produk-produk perencanaan maupun konstruksinya bisa bersaing secara kompetitif dengan konsultan lain. Tapi sayangnya beberapa oknum di Bappeda berusaha menjegalnya karena kuatir konsultan jagoannya tersaingi, maklum sudah bukan rahasia lagi jika beberapa oknum pegawai bappeda ikut bermain sebagai makelar proyek bahkan ikut menggarap proyek tersebut dengan meminjam nama dan bendera konsultan lain. Oknum-oknum keparat itu bahkan tidak peduli apakah hasil pekerjaan proyek konsultan jagoannya itu dibuat asal-asalan tanpa memedulikan standar pekerjaan yang sudah ditetapkan. Lemahnya pengawasan internal dalam struktur birokrasi juga memperburuk keadaan, apalagi ternyata oknum-oknum tersebut menduduki posisi-posisi penting di birokrasi.
Terkadang terjadi ironi yang menyedihkan dalam pekerjaan-pekerjaan proyek tersebut. Berdasarkan pengalaman saya selama terjun dalam kegiatan semacam ini ternyata titel akademik, usia, pengalaman yang dimiliki, nama besar, dan jabatan yang dimiliki seseorang, sama sekali tidak menjamin jika orang itu bekerja sungguh-sungguh sesuai kapasitas dan derajat keilmuan yang dimiliki. Banyak konsultan proyek tersebut (diantaranya S-3 lulusan luarnegeri sekaligus dosen universitas bergengsi di Indonesia) bekerja sembrono dan kurang memenuhi standar (tampaknya mereka berpikir proyeknya nggak bakal diganggu karena sudah menyuap orang-orang di pemerintahan daerah), sehingga tidak heran perencanaan yang mereka buat seluruhnya cukup dibuat diatas meja dengan hanya mengandalkan data-data sekunder saja tanpa perlu susah payah turun di lapangan.
Persepsi kalangan birokrasi juga sering salah dalam menilai kemampuan anak-anak muda yang baru terjun dalam proyek-proyek pembangunan. Padahal hasil kerjaan anak-anak muda tersebut tidak kalah dengan buatan para konsultan senior, malahan lebih kreatif karena anak-anak muda cenderung berpikir dinamis dan progressif. Sudah seharusnya para generasi muda yang terlibat dalam proyek-proyek pembangunan diberi kesempatan untuk menunjukkan bakat dan kemampuan mereka. Biarkan proses seleksi alam berjalan semestinya, yang berkualitas dan yang unggul akan bertahan sementara yang asal-asalan akan tersingkir. Bagaimanapun juga meski anggaran pembangunan kita jangan sampai dikelola dan disedot oleh oknum-oknum korup tersebut karena toh hasilnya akan menimbulkan penyelewengan dan kekacauan yang merugikan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar