Sabtu, 17 Mei 2008

Menjemput Impian

Hari- hari terakhir ini kita semakin sering melihat dan mendengar banyak keluh-kesah dari orang-orang di sekitar kita yang terus-menerus mengutuki kebijakan kenaikan BBM yang akan segera diumumkan sebentar lagi. Banyak dari mereka menganggap kebijakan tersebut tidak efektif dan malah akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat terutama rakyat kecil yang sebelumnya hampir mati sekarat gara-gara kenaikan harga sembako seperti minyak goreng, beras, dan seterusnya.

Sebaliknya jika kita melihat dari cara pandang pemerintah pusat, mereka menganggap bahwa kenaikan BBM ini untuk kepentingan rakyat miskin, dengan mengurangi subsidi bagi orang-orang kaya yang suka bikin macet jalanan. Dana subsidi tersebut selanjutnya akan dialihkan untuk membiayai program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah. Untuk meredam gejolak ekonomi rakyat kecil akibat kenaikan BBM yang akan terjadi, pemerintah memberikan obat penawar sederhana berupa program BLT (Bantuan Langsung Tunai), sebuah program yang kabarnya sangat dibenci para lurah, kepala desa, dan jajaran kepolisian (maklum merekalah yang berhadapan langsung dengan rakyat dalam penyaluran BLT sekaligus menerima dengan tabah segala macam bentuk caci-maki, kritikan, dan amukan rakyat miskin).

Jelas ini membuktikan bahwa ada komunikasi yang tidak nyambung antara rakyat dengan pemerintah akibat perbedaan cara pandang tersebut. Perbedaan seperti ini tidak boleh dibiarkan, pemerintah harus mampu membuktikan jika kebijakan yang akan dilakukan tersebut bisa mengangkat kesejahteraan rakyat miskin. Jika itu gagal maka bersiaplah menyambut badai amarah rakyat yang selama ini sudah terakumulasi.

Dalam satu dekade terakhir bangsa ini mendapat banyak ujian/cobaan yang datang bertubi-tubi, mulai dari bencana tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi, kecelakan pesawat, tenggelamnya kapal, bencana lumpur Lapindo, hingga kenaikan BBM dan harga sembako. Jika kita berpikir positif, maka ada banyak hikmah dan manfaat yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Kita tidak usah terus-menerus mengutuki keadaan yang menyengsarakan kita karena justru hal itu malah membuat kita makin sengsara dan sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

Saya pribadi amat kecewa dengan tingkah-polah para komentator politik dan kaum opportunis yang dengan liciknya memanfaatkan gejolak sosial akibat bencana-bencana yang terjadi untuk memojokkan pemerintah, sekaligus menaikkan kepopuleran diri mereka. Bahkan beberapa mantan menteri di suatu masa ketika ekonomi Indonesia sangat terpuruk dengan gaya sok tahunya yang menyebalkan itu berkoar-koar di media massa menjelaskan tentang ketidakefektifan kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah saat ini. Tingkah mereka yang konyol tersebut sebenarnya tidak memberikan manfaat yang signifikan, malah justru menambah masalah baru akibat gejolak sosial yang ditimbulkannya.

Jangan biarkan kaum opportunis itu menguasai pikiran masyarakat dengan hal-hal yang menyesatkan. Mereka ibarat pahlawan kesiangan yang baru kelihatan sibuk ketika masalah sudah begitu akut (emang sebelumnya mereka kemana aja…???). Jadi saat ini kita jangan pernah menggantungkan nasib pada serigala-serigala bermulut bebek itu, kita harus bangkit menjadi penguasa atas diri kita sendiri.

Apapun yang terjadi kita harus bisa survive dan yakin bahwa dengan ijin dan kehendak Tuhan Yang Maha Agung (Allah), kita bisa menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Itulah impian-impian kita, dan saat ini kita harus menjemputnya karena Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mulai berusaha mengubahnya. Nasib ibarat jalur yang membawa kita menuju takdir Tuhan yang akan memutuskan apakah kita layak memperoleh segala hal yang kita impikan atau tidak. Jika kita selalu berada pada jalur yang benar (tidak bertentangan dengan Hukum Tuhan), maka yakinlah Tuhan akan selalu berpihak pada kita dan membantu mewujudkan segala impian kita di dunia dan akhirat.

Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menjemput impian…???

Pertama, kita harus menjaga pikiran dan perasaan kita untuk selalu positif (positive thinking and positive feeling). Itu penting untuk memastikan keyakinan terhadap langkah-langkah yang akan kita lakukan selalu memiliki arah dan tujuan yang jelas. Kita harus memiliki banyak impian-impian dan visi yang menggairahkan hidup dan membangkitkan semangat kita. Jika itu terwujud, maka sikap optimis dan percaya diri akan segera muncul di pikiran dan perasaan kita. Jangan lupa untuk selalu dekat dan tawakkal pada Tuhan.

Kedua, identifikasi segala potensi diri yang kita miliki, baik itu berupa aset yang terlihat secara fisik, maupun bakat dan kemampuan yang kita miliki. Asal tahu aja diri kita masing-masing jauh sejak sebelum bumi diciptakan, telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk memiliki bakat dan keunggulan tertentu yang berbeda satu sama lain. Karena itu jangan pernah mengikuti gaya orang lain (kalaupun perlu, cukup ikuti nilai-nilai filosofisnya saja), tapi eksplorasi aja gaya dan keunggulan yang kita miliki. Siapa tahu ternyata potensi-diri yang kita miliki relatif jauh lebih baik dari orang lain.

Ketiga, analisa kondisi lingkungan sekitar kita, kenali permasalahannya secara obyektif, lalu amati apakah lingkungan tersebut bisa menjamin dan cocok dengan segala potensi-diri yang kita miliki. Buat juga konsep pengembangan kepribadian kita sendiri agar kita tidak mudah terombang-ambing oleh keadaan yang terjadi.

Keempat, susun rencana-rencana anda ke depan berdasarkan realitas yang kita hadapi saat ini dan kemungkinan tantangan yang akan kita hadapi di masa mendatang dengan tetap mengacu pada potensi diri dan konsep-konsep yang kita miliki. Buatlah rencana-rencana yang dahsyat, meski agak edan/sinting yang penting itu bisa memacu diri anda untuk terus-menerus berusaha dan berjuang tanpa henti. Susun rencana-rencana tersebut dengan detail dan rasional agar mudah dilaksanakan. Kalau bisa diskusikan rencana-rencana tersebut dengan orang-orang terdekat kita agar mereka juga bisa memberi masukan-masukan yang positif dan memotivasi kita.

Kelima, sering-seringlah melakukan evaluasi diri terhadap langkah-langkah dan pencapaian yang telah kita lakukan apakah sudah berjalan sesuai konsep dan rencana semula atau tidak. Ini penting agar kita bisa selalu konsisten dan fokus dalam perjalanan hidup kita, selain itu untuk mengetahui apakah tindakan yang sudah kita lakukan sudah cukup efektif ataukah malah memiliki kelemahan tertentu.

Masyarakat saat ini perlu terus menerus diberi pencerahan agar mereka mampu memberdayakan diri mereka sendiri, tidak mudah tergantung pada pihak lain, dan berjiwa kompetitif. Jika hal itu bisa terwujud maka bangsa ini akan segera bangkit menjadi bangsa yang besar, jaya, dan mampu menciptakan peradaban tinggi agar bangsa ini menjadi pusat inspirasi dan pengetahuan dunia.

)* Ini adalah catatan khusus saya dalam menyambut 100 tahun Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2008 nanti, semoga bermanfaat !!!

Copyright by Ismail-Bhakti @Mei 2008

Tidak ada komentar: