Jumat, 21 Maret 2008

MENCARI KEBAHAGIAAN HAKIKI.....

Saya sangat berbahagia bisa memenuhi permintaan dari sekian banyak sahabat yang menginginkan saya menulis. Mereka senantiasa mendorong saya untuk segera melakukannya. Buku ini merupakan buku pertama dari Seri Teknologi Quantum Ikhlas®. Memang belum cukup menggambarkan pergumulan panjang saya selama hampir 20 tahun mengembara ke dalam diri untuk mencoba menemukan arti “kesempurnaan” dalam hidup ini.
Sejak kecil saya merasa bahwa di balik semua hiruk-pikuk kegiatan manusia di dunia ini sebenarnya ada satu hal yang dicari oleh manusia. Jika kita dapatkan maka kita seperti mendapatkan seluruh isi dunia, tetapi bila tidak memilikinya, meskipun kita mungkin memiliki “segalanya” kita seperti tidak memiliki apa-apa. Ya, kebahagiaan adalah yang sebenarnya kita cari. Kebahagiaan hakiki, sejati yang tak tergoyahkan. Bukan sekadar kesenangan atau kenyamanan-kenyamanan hidup semata. Kebahagiaan adalah subjek primordial. Itulah sebagian yang akan diulas dalam buku ini, bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, seperti yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang, tuntunan agama, maupun penjelasan ilmiah.
Kebahagiaan itu merupakan sifat dasar alamiah atau fitrah manusia dan karena itu sewajarnya bisa dengan mudah kita raih. Buku ini akan memandu Anda untuk mendapat ke-ngeh-an, sehingga Anda dengan lega bisa mengatakan “Ooo...begitu....”, dan begitu terjadi internal-shift pergeseran posisi pandang di dalam, hidup Anda otomatis berubah di luar. Hal-hal yang bersifat spiritual seperti itu, biasanya memang tidak mudah untuk dijelaskan, dan dengan bantuan teknologi gelombang otak DigitalPrayer® Alphamatic buku ini akan menjelaskannya sesederhana dan serasional mungkin untuk Anda. Bahasan buku ini diarahkan untuk bisa memahami mengapa sikap ikhlas sangat diperlukan dalam hidup ini, dan yang terpenting bagaimana mengenali rasa-nya dan cara-cara (how-to) mencapainya. Sebagian orang menafsirkan ikhlas secara salah.
Komponen ikhlas yang terdiri dari sikap syukur, sabar, fokus, tenang dan bahagia, justru dianggap sikap yang lemah. Sikap itu dikhawatirkan akan membuat mereka kurang dihargai orang, tidak tercukupi secara materi, atau tidak tercapainya tujuan hidup karena tidak adanya ambisi. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Dalam kondisi ikhlas—yang sekarang telah dibuktikan secara ilmiah manusia justru akan menjadi sangat kuat, cerdas dan bijaksana. Kita bisaberpikir lebih jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih efektif dan produktif untuk mencapai tujuan. Bahkan hubungan kita dengan siapa punakan terjalin semakin menyenangkan.

(Dikutip dari buku Quantum Ikhlas
Karya Erbe Sentanu)

Tidak ada komentar: