Beberapa hari terakhir saya banyak browsing data mencari contoh-contoh kegiatan revitalisasi kawasan untuk dipelajari prosesnya. Sukurnya pas ngopy data dari staf PU Propinsi saya menemukan data-data kegiatan Revitalisasi Kawasan Bersejarah di Kabupaten Kapuas. Kegiatan revitalisasi di Kapuas sudah berlangsung sejak tahun 2004 yang juga dilakukan secara bertahap sesuai skenario yang telah disusun. Berdasarkan data, Kota Kuala Kapuas merupakan salah satu ibu kota kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, geografis berada pada koordinat 115o35’ - 117o26’ Bujur Timur dan 1o15’ - 2o25’ Lintang Selatan, lokasi fisik berada pada 2 (dua) kecamatan yaitu kecamatan Selat dan kecamatan Kapuas Hilir dengan luas 10,72 km2. Adapun sejarah berdirinya Kota Kuala Kapuas yaitu sejak berkembangnya komunitas pribumi asli Kabupaten Kapuas, yaitu suku Dayak Ngaju yang terdiri dari 2 (dua) suku kecil yaitu Oloh Kapuas-Kahayan dan Oloh Otdanum, sejak awal mulanya di sepanjang aliran bagian hilir dan tengah sungai Kapuas dan Kahayan telah bermukim suku Oloh Kapuas-Kahayan dan pada bagian hulunya bermukim Oloh Otdanum.
Sebuah kisah pusaka/warisan sejarah yang cukup dikenal di kawasan ini yaitu
Tetek Tatum dimana menuturkan tentang nenek moyang pertama sejak mulai muncul di sekitar pegunungan Schwaner di Kalimantan Tengah, kemudian komunitasnya mulai menyebar di sepanjang tepi sungai Kapuas dan Kahayan sehingga terbentuk permukiman kelompok yang selanjutnya merupakan sebuah bangunan tunggal memanjang berbentuk Betang (Rumah Betang) tempat kediaman seluruh penduduk desa. Konon desa keluarga berumah panjang yang tertua di kawasan ini yaitu
Tumbang Pajange di Desa Kahayan Hulu, pulau Kantan di Kahayan Hilir, Batu Sandung di Kapuas Tengah, pulau Kupang dan lewu Juking di Kapuas Hilir, sedangkan desa keluarga berumah panjang terakhir yang masih terdapat dibagian tersebut pada abad XIX antara lain adalah sungai Apui, sungai Handiwung, Palangkai dan Bangkungin, kemudian sungai Pasah dan Hampatung ditepi Kapuas Murung, selanjutnya Porabingen, Buntoi, Gohong, Sangai dengan Tumbang Hanoi sepanjang tepi sungai Kahayan.
Objek revitalisasi yang diupayakan dan dikembangkan di Kota Lama Kuala Kapuas yaitu pada kawasan situs bersejarah Betang Sei Pasah seluas 6,2 Ha, pasar lama di tepian sungai Kapuas Murung dan sepanjang jalan Mawar, Sudirman dan Anggrek, Dermaga disepanjang sungai Kapuas Murung (Danau Mare). Dampak dari revitalisasi yang diharapkan adalah mengangkat nilai sejarah tentang awal berdirinya Kota Kuala Kapuas yang berisi tentang rumah adat Betang, pendiri-pendirinya, cerita-cerita sejarah, legenda dan benda-benda sejarah yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke Kota Kuala Kapuas serta dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar, pendapatan daerah dan memperbaiki lingkungan, terutama daerah tepian sungai dan kawasan Rumah Betang tersebut. Konsep-konsep demikian sudah sesuai berdasarkan struktur tata ruang kota Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Konsep-konsep tersebut juga dirumuskan berdasarkan temuan potensi dan permasalahan di lokasi.
- Potensi Kawasan Situs Betang Sei Pasah
a) Sungai, sebagai akses dan entry point ke arah jembatan Pulau Petak yang menghubungkan Jalan Trans-Kalimantan Palangka Raya – Banjarmasin.
b) Kekayaan ekosistem, yang dapat dikembangkan sebagai kawasan konservasi.
c) Keberadaan aneka pohon buah-buahan, dapat bermanfaat sebagai pohon peneduh dan dinikmati pula buahnya.
d) Jalan Trans-Kalimantan, sebagai akses utama di jalur darat yang menghubungkan 2 (dua) provinsi yaitu Kalteng – Kalsel.
e) Wujud situs betang dengan dijadikannya rumah-rumah tersebut menjadi homestay, gueshouse.
f) Sebagai obyek bersejarah situs betang
g) Sebagai landmark kawasan
h) Sebagai elemen bangkitnya lalu lintas dari-ke arah situs betang.
i) Sebagai akses penghubung provinsi Kalteng – Kalsel
j) Sebagai elemen street furniture yang dapat memperkuat keberadaan situs betang.
k) Merupakan potensi wisata sejarah dan dapat dikembangkan sebagai daerah transit.
l) Merupakan monumen sejarah asal mula masyarakat Dayak Kapuas bermukim di Kuala Kapuas sehingga menjadi Kota Kuala Kapuas.
m) Sebagai jalur transportasi air yang utama bagi masyarakat Kapuas khususnya dan masyarakat Kalimantan pada umumnya, sehingga dapat dikembangkan sebagai potensi wisata andalan.
- Masalah
a) Kurangnya sarana prasarana dari dan ke kawasan betang melalui jalur sungai.
b) Kondisi mangrove/bakau yang sudah mulai rusak akibat pendirian beberapa bangunan disamping bantaran Sungai Kapuas Murung seberang.
c) Pohon buah-buahan tersebut tidak ada yang memelihara/merawat (kecuali disekitar rumah penduduk) sehingga banyak ditumbuhi semak-semak yang mengganggu keberadaan pohon buah tersebut.
d) Belum adanya elemen penanda/signage keberadaan kawasan situs betang seperti pintu gerbang, rambu-rambu petunjuk, yang menyebabkan pengguna jalan Trans-Kalimantan tidak mengetahui sama sekali keberadaan situs betang tersebut.
e) Kondisi perumahan yang masih sederhana dan belum memiliki ruang khusus bagi tamu/wisatawan yang datang berkunjung.
f) Kondisi bangunan yang sangat memprihatinkan.
g) Belum ada petunjuk ke lokasi situs betang.
h) Masih merupakan lahan terbuka hijau.
i) Keaslian sisa-sisa rumah Betang sudah tidak banyak dijumpai lagi
j) Sungai Kapuas Murung sering dilalui oleh ranting dan batang pohon akibat adanya kayu hasil penebangan liar yang ikut hanyut menuju muara sungai Kapuas sehingga sering mengganggu jalur lalu lintas sungai.
Konsep Dasar Revitalisasi
Konsep dasar revitalisasi mengacu pada konsep yang memprioritaskan pengembangan elemen utama kawasan kota lama yang diperkirakan berpengaruh besar terhadap perkembangan sosial, mendorong pertumbuhan ekonomi maupun transpotasi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan kegiatan lain dengan mengacu pada rencana penataan bangunan dan lingkungan (RTBL) setempat. Sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai potensi wisata, maka bangunan Betang perlu ditata sehingga keberadaannya dapat memberikan daya tarik tersendiri.
Upayanya adalah memberikan sentuhan sebaik mungkin atas setiap komponen yang memberi nilai sejarah dan budaya, sehingga obyek tersebut dapat memberikan nilai yang berarti bagi setiap pengunjung, di kawasan ini juga dapat dimanfaatkan berbagai kegiatan masal baik berupa atraksi seni, kegiatan pertemuan, event-event/perayaan-perayaan khususnya baik ditingkat lokal, regional maupun nasional.
Dengan konsep-konsep perencanaan dasar tersebut dapat dibagikan menjadi 9 (sembilan) segmen, yaitu :
Segmen 1 : Kawasan dermaga kapal/barang sungai (dermaga speet boat). Pada segmen ini dirancang penatan terhadap kawasan dermaga kota lama, bangunan dermaga dikembangkan untuk melayani intensitas kegiatan penyeberangkan kapal ferry ke kawasan atau ke kampung yang ada disekitarnya.
Segmen 2 : Kawasan dekat kafe terapung. Bangunan ini dikembangkan untuk melayani wisata jajanan/makanan khas daerah Kalimantan Tengah, Titian ulin menuju kafe direncanakan menyatu dengan dermaga penyeberangan ditingkatkan menjadi dermaga orang, barang dan dermaga ferry, serta untuk memperlancar arus lalu lintas pejalan kaki ditepian sungai.
Segmen 3 : Kawasan pelabuhan Danau Mare/Dermaga Klotok. Kawasan ini direncanakan untuk dikembangkan melayani intensitas kegiatan penumpang, memperlancar bagi pejalan kaki ditepian sungai Kapuas Murung sampai ke dermaga barang maupun menuju ferry.
Segmen 4 : Dermaga nelayan. Dermaga ini direncanakan dan dikembangkan untuk melayani intensitas para nelayan dan tenpat para nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapannya.
Segmen 5 : Dermaga penyeberangan. Dermaga inidirencanakan dan dikembangkan untuk melayani intensitas kegiatan penyeberangan barang, kendaraan dan orang yang cenderung meningkat, dilayani dengan parkiran, akses pintu masuk untuk menuju ferry yang datang dari seberang.
Segmen 6 : TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Direncanakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang ada diwilayah sekitar TPS berada di jalan mawar dengan luas lahan 240 m2.
Segmen 7 & 8 : Tempat ruko 2 (dua) lantai di jalan anggrek. Bangunan rumah toko mencakup bangunan yang ada terletak disepanjang jalan anggrek, bangunan ini dirancang dengan mengikuti bangunan lama dengan memperhitungkan potensi lingkungan sehingga dengan kehadiran bangunan tersebut akan menciptakan karakter bagi kawasan Kota Lama Kapuas.
Segmen 9 : Persimpangan jalan Sudirman dan jalan A. Yani. Kawasan ini direncanakan sebagai sub terminal untuk mendukung kegiatan penyeberangan di dermaga ferry sehingga pengangkutan manusia dari dan ke pusat kota yang selama ini sangat terbatas dapat diatasi. Disini juga dilengkapi dengan taman antara persimpangan jalan A. Yani dan jalan Suprapto disekitar taman dibuat pagar sebagai pelindung agar tidak dirusak.
Arahan Penatan Bangunan pada Kawasan Kota Lama Kuala Kapuas
1. Dermaga kapal/barang, pintu gerbang, bangunan pendukung (halte) berarsitektur lokal, perparkiran, pagar kayu berornamen tradisional, titik lampu penerangan, pujasera (warung jananan/makanan)
2. Pujasera, jalan titian, pagar pengaman ukiran tradisional, tempat sampah (ornamen lokal).
3. Dermaga perahu klotok, bangunan peneduh berbentuk bangunan rumah adat, pagar kayu (ornamen tradisional) pintu gerbang menyatu dengan lolut, titian menyatu dengan dermaga penyeberangan, pagar pengaman.
4. Dermaga nelayan, bangunan peneduh, pagar kayu, titik lampu, bangunan pelelangan ikan, kios, jalan titan, pagar pengaman.
5. Dermaga penyeberangan, pintu gerbang + loket, pagar kayu ulin, titik lampu penerangan, vegetasi (pot-pot bunga), perparkiran, kantor pengelola dengan bentuk rumah adat, ruko dan kios.
6. Tempat pembuangan sampah (TPS), jalan titian, pagar pengaman.
7. Ruko, ruang terbuka, parkir.
8. Sub terminal, taman, pohon peneduh, lampu taman.
Realisasi Pekerjaan Fisik
Setelah dilakukan pematangan konsep, skenario, strategi dan rencana Revitalisasi Kawasan Bersejarah Sei Pasah di Kapuas tersebut, maka dalam menindaklanjuti hasil perencanaan dilaksanakan proyek pekerjaan fisik kawasannya yang dilakukan secara bertahap. Tahapan Pekerjaan fisiknya yaitu sebagai berikut :
Tahap I : Pembebasan Lahan (2004-2006)
Pembebasan lahan dilakukan pada titik-titik lokasi rencana pengembangan yang masih dimiliki penduduk sekitar situs bersejarah. Nilai lahan yang dibebaskan mencapai Rp. 808.077.500,- yang sumber dananya berasal dari APBD Kabupaten Kapuas
Tahap II : Pembangunan dan Rehab Bangunan Inti (2005-2006)
Pekerjaan fisik yang dilakukan meliputi pembangunan kembali Rumah betang Sei Pasah dan rehab bangunan Sandung 1 dan 2, dengan anggaran Rp. 675.000.000,- dengan sumber dana berasal dari APBD Propinsi Kalimantan Tengah
Tahap III : Pembangunan Sarana-Prasarana Pendukung (2007)
Pekerjaan fisik yang didanai APBN melalui Satker PBL PU Kalteng senilai Rp. 519.556.000,-, meliputi :
· Pembuatan Tempat Parkir
· Pembuatan Jalan Paving Stone
· Pembuatan Kursi Taman
· Pembuatan Pot-pot Bunga
· Pembuatan Gorong-gorong Pas. Batu
· Pekerjaan Pengecatan
Tahap IV : Pembangunan Sarana-Prasarana Pendukung (2008)
Pekerjaan fisik yang juga didanai APBN melalui Satker PBL PU Kalteng senilai Rp. 974.500.000,-, meliputi :
· Pembuatan Pintu Gerbang
· Pembuatan Pagar Kawasan
· Pembuatan Tambatan Perahu
· Pembuatan Paving Stone Tambatan Perahu
· Pembuatan Titian Danau Mare
Kondisi kawasan saat ini setelah dilakukan penanganan secara intensif dalam kegiatan Revitalisasi Kawasan Bersejarah Sei Pasah di Kabupaten Kapuas, saat ini telah menjadi kawasan wisata sejarah yang cukup tertata dan dapat diandalkan untuk membangkitkan daya tarik kawasan, sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pembangunan yang berkarakter dengan tetap mempertahankan identitas setempat sebagai warisan kebudayaan tradisional Dayak.